 |

Sunday, November 09, 2003
Lapangan Terbang Perintis Sibisa Toba Samosir
Dibenahi
Parapat, (Analisa)
Lapangan terbang perintis Sibisa Kecamatan Lumbanjulu Pemkab Toba Samosir mulai
dibenahi. Lapangan yang diresmikan Presiden Soeharto tahun 1976 itu berjarak
sekitar 15 Km dari daerah tujuan wisata (DTW), Parapat Danau Toba.
Sejumlah warga kepada Analisa Rabu, (5/11) mengatakan, pembenahan lapangan
terbang itu sudah dimulai beberapa minggu lalu, diawali dengan perbaikan
pelataran mendaratnya pesawat.
Dikatakan, pembenahan plus difungsikannya lapangan terbang itu sudah lama
ditunggu-tunggu masyarakat sekitar, mengingat janji pemerintah ketika
membebaskan tanah atau lahan beberapa tahun lalu.
Masyarakat mengharapkan, setelah pembenahan selesai, ada baiknya sesegera
mungkin difungsikan, baik itu kepentingan pengunjung dalam dan luar negeri atau
kepentingan lainnya.
MMenjawab pertanyaan masyarakat setempat mengakui, tidak tahu pasti sumber dana
dan kontraktor yang mengerjakan pembenahan itu. Sebab mulai dari dilaksanakannya
pembenahan tidak ada plang proyek sekitar lokasi.
Namun, terlepas dari itu semua yang penting lapangan terbang perintis itu
dibenahi dan pada waktunya dapat difungsikan sebagaimana dijanjikan.
Pantauan Analisa, lapangan perintis yang dapat ditempuh dari dua arah jalan,
seperti Ajibata dan Aek Natolu itu, panjang dan lebarnya sudah ditambah, tetapi
pembenahannya tampak masih sebatas pelataran landing pesawat.
Sementara, berbagai sarana yang berhubungan dengan lapangan terbang itu
perkantoran dan lainnya belum ada tanda tanda untuk dibangun atau direnovasi
perkantoran yang lama yang saat itu kupak-kapik.
Sehingga lapangan yang diharap-harapkan berbagai lapisan masyarakat akan
difungsikan itu serasa tidak ada tanda-tanda akan dioperasikan. Perlu
sosialisasi dari pihak berkompeten.
Tanda-tanda lapangan itu tidak akan segera dioperasikan terlihat juga dari jalan
di sekililing lokasi atau menuju lapangan terbang yang hingga kini belum ada
perubahan. Bahkan jalan-jalan itu kini njaris menjadi hutan, sebab dikiri kanan
jalan sudah ditutupi semak belukar.
Padahal sesuai informasi, Departemen Perhubungan sudah menaruh perhatian serius
terhadap lapangan terbang perintis itu untuk dapat dioperasikan dengan cara
memberikan sumbangan uang sebesar Rp15 milyar.
PANTAI
Liputan Analisa, sepanjang 1100 meter jalan di pinggiran pantai Dusun Jambu
hingga Desa Horsik Kecamatan Lumbanjulu, Pemkab Toba Samosir kini juga sudah
dibangun dan hingga kini sudah mencapai 40 persen.
Warga masyarakat setempat kepada Analisa menyatakan bangga terhadap pembukaan
jalan tersebut, karena jelas akan mempermudah masyarakat bepergian dan anak-anak
yang bersekolah pada gilirannya menambah khasanah pengunjung dalam menikmati
obyek wisata sekitar.
Saturday, November 08, 2003
Dengar Pendapat Komisi IV DPRD
Sumut dan Pemkab Terkait
Ingatkan Seluruh Komponen Jaga Kelestarian Danau Toba
Medan, (Analisa)
Komisi IV DPRD Sumut mengingatkan Pemkab Simalungun, Karo dan Toba Samosir serta
kabupaten lainnya untuk menjaga kelestarian Daerah Tujuan Wisata (DTW) Danau
Toba.
Pentingnya menyadarkan masyarakat sekaligus meminta kepada Pemkab untuk
bersama-sama menjaga kelestarian Danau Toba dan perambahan hutan.
"Anggaran sudah cukup untuk melestarikan Danau Toba tersebut, tapi terus terang
banyak anggaran yang disunat dalam bentuk seremonial yang jelas tidak ada
untungnya," ujar anggota Komisi IV DPRD Saumut Marlon Purba.
Ia mengingatkan pihak Pemkab agar tidak banyak melakukan teori-teori basi. "Kita
sekarang ingin agar pihak Pemkab melakukan aksi untuk melestarikan DTW Danau
Toba tersebut."
Marlon tidak tahu apakah sekarang Danau Toba menjadi daerah tujuan wisata atau
untuk tempat budidaya perikanan karena banyaknya kerambah yang berdiri di danau
tersebut.
Sementara itu Japorman Saragih mengharapkan agar persoalan pelestarian Danau
Toba jangan dianggap sepele. Dan juga jangan sampai menimbulkan penyesalan di
kemudian hari jika tidak diantisipasi sejak dini.
Pertemuan Komisi IV DP RD Sumut bersama dengan 3 Pemkab yang berada di daerah
Danau Toba yaitu Pemkab Simalungun, Toba Samosir dan Karo tersebut berlangsung
cukup "alot" apalagi pada saat Wakil Bupati Karo A Sibayang menjelaskan bahwa
usaha-usaha pelestarian hutan sudah mereka lakukan. Namun karena masyarakat
melakukan perusakan dengan membakar hutan mengakibatkan pelestarian hutan ini
terkendala.
DISALAHKAN
Mendengar paparan tersebut, Marlon Purba langsung menyela bahwa setiap kerusakan
rakyat kecil yang disalahkan. "Bila rakyat yang bodoh seharusnya pemerintah
daerah yang membuat mereka supaya pintar bukan disalahkan. Sementara banyak
orang yang menebang pohon dibiarkan begitu saja,"ujarnya.
Sementara itu Wakil Bupati Simalungun Dra.Hj. Dartatik Damanik APTH menjelaskan
bahwa pihaknya terkena dilema.
"Terus terang sejak masyarakat kami gagal memanen bawaang dan tomat maka
kerambah merupakan salah satu pekerjaan yang membuat mereka dapat makan."
Diakuinya memang akibat tersebut banyak warga yang membuat kerambah di tepi
Danau Toba. "Kita sudah mengantisipasi hal itu dengan membuat zona tersendiri,
artinya di mana syarakat yang boleh mendirikan kerambah di daerah Danau Toba
tersebut. Namun lagi-lagi karena kebutuhan mereka akan untuk mencari makan
sangat mendesak sehingga ada juga masyarakat yang melanggar zona tersebut,"
ujarnya.
Persoalan perambahan hutan dan kerambah menjadi hal yang hangat dalam pertemuan
tersebut. Namun dewan melihat pertemuan tersebut perlu dilanjuti mengingat
persoalan ini harus dilaksanakan secara bersama-sama tidak hanya menjadi
tanggungjawab Pemkab semata tapi juga Pemprovsu dan pemerintah pusat.
|
 |